Kelompok 2
Dian Pradhana Putra/ 4EB09
22209368
BAB 6&7
PELAPORAN KEUANGAN & PERUBAHAN HARGA
TUGAS 1
1. PERBEDAAN MODEL BIAYA AKUNTANSI TERKINI DAN MODEL KONVENSIONAL
Secara umum, dalam
akuntansi konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis
yang mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi
konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun
perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan
daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan historis secara
ekonomis tidaklah relevan.
Pada periode ini
pendapatan umumnya dinilai lebih tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai lebih
rendah. Sebenarnya, terdapat beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh
perubahan harga, antara lain akuntansi harga tetap, akuntansi nilai sekarang,
dan akuntansi tingkat harga umum. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan restatement komponen-komponen
laporan keuangan ke dalam rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama
sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi
berdasarkan nilai historis.
Pada prakteknya,
kontroversi yang menyangkut relevansi penggunaan akuntansi tingkat harga umum
masih berlanjut hingga saat ini. Beberapa argumentasi yang mendukung maupun
menolak penerapan akuntansi tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel
ini. Demikian juga hasil dari dua penelitian mengenai pengaruh penerapan
akuntansi tingkat harga umum terhadap laporan keuangan akan diperbandingkan
guna melihat apakah penyesuaian berdasarkan akuntansi tingkat harga umum memang
diperlukan.
Laporan Keuangan Biaya
Historis Laporan Posisi Keuangan
1) Jumlah dalam laporan
posisi keuangan yang belum dinyatakan dalam unit pengukuran kini pada akhir
periode pelaporan, disajikan kembali dengan menerapkan indeks harga umum.
2) Pos-pos moneter tidak
disajikan kembali karena sudah dinyatakan dalam unit moneter kini pada akhir periode
pelaporan. Pos-pos moneter adalah uang yang dimiliki dan hal yang akan diterima
atau dibayar dalam bentuk uang.
3) Aset dan liabilitas,
melalui perjanjian, yang terhubung dengan perubahan harga misalnya index linked
bonds and loans, disesuaikan sesuai dengan perjanjian untuk memastikan jumlah
saldo pada akhir periode pelaporan. Pos-pos tersebut dicatat pada jumlah yang
telah disesuaikan dalam laporan posisi keuangan yang disajikan kembali.
4) Seluruh aset dan
liabilitas lain adalah nonmoneter. Beberapa pos nonmoneter dicatat pada jumlah
kini pada akhir periode pelaporan, seperti nilai realisasi neto dan nilai
wajar,maka pos tersebut tidak disajikan kembali. Seluruh aset dan liabilitas
nonmoneter yang lain disajikan kembali.
5) Sebagian besar pos-pos
nonmoneter dicatat pada biaya perolehan atau biaya perolehan dikurangi
penyusutan. Oleh karena itu, pos-pos tersebut disajikan sebesar jumlah kini
pada tanggal akuisisinya. Biaya perolehan, atau biaya perolehan dikurangi
penyusutan, yang disajikan kembali untuk setiap pos ditentukan dengan
menerapkan perubahan indeks harga umum dari tanggal akuisisi sampai akhir
periode pelaporan pada biaya historis dan akumulasi penyusutan. Misalnya, aset
tetap, persediaan bahan baku dan barang dagangan, goodwill, paten, merek dagang
dan aset serupa disajikan kembali dari tanggal pembeliannya. Persediaan barang
setengah jadi dan barang jadi disajikan kembali dari tanggal terjadinya biaya
pembelian dan biaya konversi.
6) Catatan rinci tanggal
perolehan dari unit-unit aset tetap mungkin tidak tersedia atau tidak dapat
diestimasi. Dalam keadaan yang jarang terjadi, hal ini mungkin diperlukan, pada
periode pertama kali menerapkan Pernyataan ini, untuk menggunakan penilaian
profesional independen atas nilai unit tersebut sebagai dasar penyajian
kembalinya.
7) Indeks harga umum
mungkin tidak tersedia untuk periode saat menyajikan kembali aset tetap yang
disyaratkan oleh Pernyataan ini. Dalam keadaan ini, entitas mungkin perlu untuk
menggunakan dasar estimasi, misalnya, pada perpindahan kurs antara mata uang
fungsional dan mata uang asing yang relatif stabil.
8) Beberapa pos
nonmoneter dicatat pada jumlah kini pada tanggal selain tanggal akuisisi atau
tanggal laporan posisi keuangan, misalnya aset tetap yang telah direvaluasi pada
tanggal sebelumnya. Dalam kasus ini, jumlah tercatat disajikan kembali dari
tanggal revaluasi.
9) Jumlah yang disajikan
kembali dari pos-pos nonmoneter dikurangi, sesuai dengan PSAK terkait, ketika
jumlah tersebut melebihi jumlah terpulihkan. Misalnya, jumlah aset tetap,
goodwill, paten dan merek dagang yang disajikan kembali dikurangi menjadi
jumlah terpulihkan, dan jumlah persediaan yang disajikan kembali dikurangi menjadi
nilai realisasi neto.
10) Investee yang mencatat
dengan metode ekuitas dapat membuat laporan dalam mata uang ekonomi
hiperinflasi. Laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif
investee tersebut disajikan kembali sesuai dengan Pernyataan ini untuk
mengitung bagian investor atas aset neto dan laba rugi. Ketika laporan keuangan
investee yang disajikan kembali dinyatakan dalam mata uang asing, maka laporan
keuangan tersebut dijabarkan pada kurs penutup.
11) Pengaruh inflasi
biasanya diakui dalam biaya pinjaman. Hal yang tidak sesuai untuk menyajikan
kembali pengeluaran modal yang dibiayai dengan pinjaman serta mengkapitalisasi
bagian biaya pinjaman untuk mengkompensasi inflasi selama periode yang sama.
Bagian biaya pinjaman ini diakui sebagai beban dalam periode saat biaya
terjadi.
12) Entitas dapat
memperoleh aset dalam perjanjian yang mengizinkan entitas untuk menangguhkan
pembayaran tanpa menimbulkan beban bunga eksplisit. Ketika entitas tidak
praktis untuk menentukan jumlah bunga, maka aset tersebut disajikan kembali
dari tanggal pembayaran dan bukan tanggal pembelian.
13) Pada awal periode
pertama kali penerapan Pernyataan ini, komponen ekuitas, kecuali saldo laba dan
surplus revaluasi, disajikan kembali dengan menggunakan indeks harga umum dari
tanggal komponen ekuitas tersebut dikontribusikan atau muncul. Surplus revaluasi
yang timbul dalam periode sebelumnya dieliminasi. Saldo laba yang disajikan
kembali berasal dari seluruh jumlah lain dalam laporan posisi keuangan
14) Pada akhir periode
pertama dan periode selanjutnya, seluruh komponen ekuitas disajikan kembali dengan
menerapkan indeks harga umum dari awal periode atau tanggal kontribusi, jika
lebih belakangan. Perpindahan dalam ekuitas pemilik selama periode diungkapkan
sesuai dengan PSAK 1 (revisi 2009)
Penyajian Laporan Keuangan. Laporan Laba Rugi Komprehensif
15) Pernyataan ini
mensyaratkan bahwa seluruh pos dalam laporan laba rugi komprehensif dinyatakan
dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Oleh karena itu,
seluruh jumlah perlu untuk disajikan kembali dengan menerapkan perubahan indeks
harga umum dari tanggal pos pendapatan dan beban tersebut awalnya dicatat dalam
laporan keuangan.
Keuntungan atau Kerugian Posisi Moneter Neto
Keuntungan atau Kerugian Posisi Moneter Neto
16) Dalam suatu periode
inflasi, jika entitas memiliki aset moneter melebihi liabilitas moneter, maka
daya beli entitas menurun; dan jika entitas memiliki liabilitas moneter
melebihi aset moneter, maka daya beli entitas meningkat sepanjang tidak
terhubung dengan suatu tingkat harga. Keuntungan atau kerugian posisi moneter
neto tersebut sebagai selisih aset nonmoneter, ekuitas dan pos-pos dalam
laporan laba rugi komprehensif yang disajikan kembali serta penyesuaian indeks
yang terhubung dengan aset dan liabilitas. Keuntungan atau kerugian tersebut
dapat diestimasi dengan menggunakan perubahan indeks harga umum menjadi rata-rata
tertimbang selama periode atas selisih antara aset moneter dan liabilitas
moneter.
17) Keuntungan atau
kerugian posisi moneter neto termasuk dalam laporan laba rugi. Penyesuaian
terhadap aset dan liabilitas yang terhubung dengan perubahan harga perjanjian)
sesuai dengan paragraf 13, saling hapus dengan keuntungan atau kerugian posisi
moneter neto. Pos pendapatan dan beban lain, seperti pendapatan dan beban bunga
serta selisih kurs terkait investasi atau pinjaman dana, juga terkait dengan
posisi moneter neto. Meskipun pos tersebut diungkapkan secara terpisah, hal
yang dapat membantu jika pos tersebut disajikan bersamaan dengan keuntungan
atau kerugian posisi moneter neto dalam laporan laba rugi komprehensif.
Laporan Keuangan Biaya Kini Laporan Posisi Keuangan
Laporan Keuangan Biaya Kini Laporan Posisi Keuangan
18) Pos-pos yang disajikan
pada biaya kini tidak disajikan kembali karena sudah dinyatakan dalam unit
pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Pos lainnya dalam laporan posisi
keuangan disajikan kembali sesuai dengan paragraf 11 sampai 24.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan Laba Rugi Komprehensif
19) Laporan laba rugi
komprehensif yang menggunakan biaya kini, sebelum penyajian kembali, secara
umum melaporkan biaya kini pada waktu terjadinya transaksi atau peristiwa yang
mendasari. Oleh karena itu, seluruh jumlah tersebut perlu disajikan kembali
dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan dengan menggunakan
indeks harga umum.
Keuntungan Atau Kerugian Posisi Moneter Neto
Keuntungan Atau Kerugian Posisi Moneter Neto
20) Keuntungan atau
kerugian posisi moneter neto dicatat sesuai dengan paragraf 26 dan 27. Laporan
Arus Kas
21) Pernyataan ini
mensyaratkan bahwa seluruh pos dalam laporan arus kas dinyatakan dalam unit
pengukuran kini pada akhir periode pelaporan
Angka Terkait
22) Angka terkait pada
periode pelaporan sebelumnya, apakah berdasarkan pada pendekatan biaya historis
atau pendekatan biaya kini, disajikan kembali dengan menggunakan indeks harga
umum, sehingga laporan keuangan komparatif disajikan dalam unit pengukuran kini
pada akhir periode pelaporan. Informasi yang diungkapkan sehubungan dengan
periode sebelumnya juga dinyatakan dalam unit pengukuran kini pada akhir
periode pelaporan. Untuk tujuan penyajian jumlah komparatif dalam selisih
penyajian mata uang, diterapkan PSAK 10 (revisi 2010): Pengaruh Perubahan Kurs
Valuta Asing paragraf 42(b) dan 43.
Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan Keuangan Konsolidasi
23) Entitas induk yang membuat laporan keuangan
dalam mata uang ekonomi hiperinflasi dapat memiliki entitas anak yang juga
membuat laporan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi. Laporan keuangan entitas
anak tersebut perlu disajikan kembali dengan menggunakan indeks harga umum dari
negara yang mata uangnya dilaporkan sebelum dimasukkan dalam laporan keuangan
konsolidasi yang diterbitkan oleh entitas induk. Ketika entitas anak merupakan
entitas asing, maka laporan keuangan yang disajikan kembali dijabarkan pada
kurs penutup. Laporan keuangan entitas anak yang tidak dilaporkan dalam mata
uang ekonomi hiperinflasi diperlakukan sesuai Valuta Asing.
24) Jika laporan keuangan dengan akhir periode
pelaporan yang berbeda dikonsolidasikan, maka seluruh pos moneter dan
nonmoneter perlu disajikan kembali dalam unit pengukuran kini pada tanggal
laporan keuangan konsolidasian.
2. Menjelaskan
perbedaan akuntansi inflasi di AS, Inggris, dan Brasil.
AMERIKA SERIKAT
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan No 33 berjudul Pelaporan Keuangan dan
Perubahan harga, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS
mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya histories dan daya
beli konstan kini. Perusahan pelapor didorong untuk mengungkapkan
informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terakhir :
a.
Penjualan bersih dan pendapatan opersai
lainnya
b.
Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan
dasar biaya kini
c.
Keuntungan atau kerugian daya beli
(moneter) atas pos-pos moneter bersih
d.
Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini
atau jumlah yang dapat dipulihkan (yaitu jumlah kas bersih yang
diperkirakan akan dapat dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang
lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi
(perubahan tingkat harga umum)
e.
Setiap agregat penyesuaian translasi mata
uang aing, berdasrkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi
f.
Aktiva bersih pada akhir tahun menurut
dasar biaya kini
g.
Laba persaham (dari opersai berjalan)
menurut dasar biaya kini
h.
Deviden persaham biasa
i.
Harga pasar akhir tahun perlembar saham
biasa
j.
Tingkat Indeks Harga Konsumen yang
digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan
INGGRIS
Laporan biaya kini di Inggris
mewajibkanbaik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan
penjelasan. Standar di Inggris memeperbolehkan 3 pilihan pelaporan :
a.
Menyajikan akun akun biaya kini sebagai
laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis
b.
Menyajikan akun-akun biaya histories
sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini
c.
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai
sati-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang
memadai
BRASIL
Akuntansi inflasi yang direkomen dasikan di
Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan, hokum perusahan
Brasil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil. Penyesuaianinflasi
yang sesuai dengan hokum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanent
dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui
oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang
local. Aktiva permanent meliputi aktiva
tetap, gedung, investsai, beban tangguhan
dan depresiasi terkait, serta kaun-akun
amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugian yang terkait).
Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan,
cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk
mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.
TUGAS
2
ANALISIS
LAPORAN KEUAGAN
1.
Pengertian
Rasio Likuiditas
Rasio
likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan
perusahaanperuasahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada
saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuidiatas
tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi
juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang
kas.
Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi.
Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.
Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi.
Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.
Jenis-Jenis Rasio Likuiditas
A. Current
Ratio (Rasio Lancar)
Current
ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan
merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):
- Dengan
utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar.
- Dengan
aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang
lancar.
- Dengan
mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva lancar.
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
B. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio
ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick
ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Quick ratio dapat dihitung dengan formula :
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Quick ratio dapat dihitung dengan formula :
C. Cash ratio (Rasio Kas)
Rasio
ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang
lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:
2.
Rasio
Efesiensi
Rasio
Efisiensi Pendapatan Asli Daerah, dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah
tentunya dikeluarkan biaya-biaya, hal ini akan menggambarkan kinerja pemerintah
dalam melakukan pemungutan pendapatan yang diimbangi dengan biaya yang memenuhi
batas kewajaran.
Dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Rasio Efisiensi PAD = Biaya yang
Dikeluarkan untuk Memungut PAD / Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
3. Rasio profitabilitas
Pada analisa ini
perusahaan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba baik dengan
menggunakan aktiva yang ada maupun dengan menggunakan modal sendiri. Dalam
analisis rasio profitabilitas ini terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukkan
laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan laba dalam
hubungannya dengan investasi. Kedua rasio ini secara bersama-sama
menunjukkan efektivitas. Rasio profitabilitas dalam hubungannya antara
penjualan dengan laba dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Nett Profit Margin
Nett Profit Margin (NPM)
atau Marjin Laba Bersih merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung
seluruh biaya dan pajak penghasilan. Marjin ini menunjukkan perbandingan
laba bersih setelah pajak dengan penjualan.
Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)
NPM = -----------------------------------------------------
Penjualan Bersih
Interprestasi dari hasil analisa ini adalah untuk mengukur sejauh
mana laba bersih sesudah pajak yang dapat dicapaidari besarnya volume
penjualan. Rasio profitabilitas dalam hubungannya antara laba dengan
investas, yaitu :
2. Return On Invesment (ROI)
Analisa Roi ini
merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk
mengukur tingkat efektivitas dan keseluruhan operasi perusahaan. ROI ini
digunakan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana
yang ditanamkan di dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam
usahanya menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan
keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (nett operating income)
dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan operasi tersebut (nett operating assets).
Besarnya ROI dipengaruhi
oleh 2 faktor :
1.
Turn over dari operating assets (tingkat perputaran aktiva yang
digunakan untuk operasi).
2.
Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan
dalam prosentasi dan jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur
tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan
penjualannya. Besarnya ROI akan berubah kalau ada perubahan profit margin
atau assaets turn over, basik masing-masing atau kedua-duanya. Dengan
demikian maka pimpinan perusahaan dapat menggunakan salah satu atau
kedua-duanya dalam rangka usaha untuk memperbesar ROI. Usaha mempertinggi
ROI dengan memperbesar profit margin adalah bersangkutan dengan usaha untuk
mempertinggi efisiensi di sector produksi, penjualan dan administrasi.
Usaha mempertinggi ROI dengan memperbesar assets turn over adalah kebijaksanaan
investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.
Rumus ROI
Laba Bersih Setelah
Pajak (EAT)
ROI = ---------------------------------------------------
Total Aktiva
ROI dan pendekatan Dupont
Dupont menganalisis ROI dengan mengalikan antara nett profit
margin (NPM) dengan total assets turn over (TATO).
Dengan demikian
ROI = NPM x TAT
3. Rate of Return on Total
Assets, menunjukkan kemampuan totakl aktiva menghasilkan laba sebelum dipotong
bunga dan pajak.
EBIT
Rate of Return on Total
Assets = ------------------------
Total
Aktiva
0 komentar:
Posting Komentar